Yogyakarta (21/12) – LDII DIY bersama sejumlah aktivis desa, pemuda, kelompok tani, perikanan dan ormas di wilayah DIY, mengadakan kunjungan studi ke Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPM) Yogyakarta, Kamis (21/12/2023). Diprakarsai oleh H. Sugiyarta, S.H., M.M., Perencana Madya Paniradya Kaistimewan DIY, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan para aktor penggerak untuk meningkatkan pengelolaan potensi desa, khususnya dalam perekonomian.
“Kami berusaha Dana Keistimewaan juga dapat diserap masyarakat lebih baik, selain Dana Desa,” papar Sugiyarta dalam sambutan.
Merujuk pada Permendesa PDTT Nomor 7 Tahun 2023 Tentang Rincian Prioritas Dana Desa Tahun 2024, Dana Desa senilai Rp71 triliun (RAPBN 2024), diprioritaskan untuk dua hal utama, yaitu Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Nominal yang besar ini harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk perekonomian.
“Mulai 2024 nanti, penggunaan Dana Desa akan lebih banyak pada Pemberdayaan Masyarakat, bukan melulu infrastruktur,” jelas Asep selaku Pelatih Senior di BBPPM Yogyakarta.
Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPM) Yogyakarta merupakan salah satu instansi pemerintah dibawah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. BBPPM menyediakan pelatihan dan pendampingan masyarakat dalam banyak bidang, seperti pertanian, peternakan, desa wisata, BUMDes, serta keterampilan lainnya untuk wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Terdapat dua jenis pelatihan yang dilayani oleh BBPPM, yakni Pelatihan Reguler Terjadwal (14 Pelatihan di 2024) dan Pelatihan Mandiri. Dengan kesempatan ini, Pelatih Senior di BBPPM Yogyakarta, Bayu, mengajak Perangkat Desa, Ormas, maupun masyarakat umum dipersilakan mengajukan pelatihan di BBPPM Yogyakarta.
“Dapat fasilitas tempat dan pelatih, gratis lho!” tambah Bayu dengan semangat.
Fasilitas BBPPM Yogyakarta di antaranya adalah 3 unit gedung srama, 2 unit gedung aula, 1 unit gedung kantor, 4 unit ruang kelas, 1 musholla, 1 lapangan futsal, dan 2 lokasi demplot. Demonstrasi Plot (demplot) merupakan lahan percontohan yang digunakan pelatih dalam menunjukkan praktik keterampilan, seperti pertanian, peternakan, pengolahan limbah, pembuatan pupuk, dan lain-lainnya.
Masyarakat yang ingin belajar bisa mengajukan proposal. Pelatihan berkisar antara 2-5 hari, tergantung target yang ingin dicapai, kemudian dilanjutkan bimbingan intensif. “Peserta diharapkan dapat menginap saja, kalau pulang pergi kurang fokus, biasane podo telat,” tutur Asep diikuti gelak tawa audiens.
Kesabaran dan Usaha yang Giat Jadi Kunci Utama
Bayu mengutarakan bahwa sampai saat ini BBPPM Yogyakarta terus berinovasi dan melakukan percobaan, seperti dalam pertanian dan peternakan. “Tak selalu berhasil memang, tapi kegagalan ini kami jadikan bahan edukasi pada Masyarakat agar tak perlu mengulang kesalahan yang sama,” papar Bayu.
Seperti banyak keterampilan lainnya, bertani dan beternak memerlukan usaha yang giat dan kesabaran. Sebagai contoh Budidaya Maggot, ada tiga kunci agar berhasil, yaitu kontinuitas produksi, stok sampah organik, dan efektivitas pembudidayaan, khususnya kelayakan dan harga jual.
“Prospek dan pengelolaan bisnis pun juga perlu diperhitungkan dengan baik,” tambah Bayu.
Fokus LDII DIY 2024: Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pada 2024, LDII DIY memfokuskan kegiatannya di Tingkat PC dan PAC berupa Pemberdayaan Masyarakat Desa, khususnya keterampilan untuk mandiri. Hal ini disepakati pada saat Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) LDII DIY 2023 yang diselenggarakan di Aula Kompleks Masjid Al Fattah Kalasan, Minggu (26/11/2023).
Pelatihan yang dilaksanakan di BBPPM Yogyakarta ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi warga DIY. “Mari kita memikirkan rezeki kita, juga rezeki Masyarakat kita. Jangan kita sia-siakan lahan tidur yang selama ini nganggur,” jelas Sugiyarta, yang juga sebagai Dewan Penasihat DPW LDII DIY.
Sekretaris DPW LDII DIY, H. Agus Kurniawan, S. Hut., M.Sc., menyampaikan bahwa ternyata banyak fasilitas yang disediakan pemerintah yang selama ini belum diakses karena minimnya informasi. Dengan adanya kunjungan studi ini, kita mengetahui banyak hal yang bisa kita gunakan untuk membantu Masyarakat lebih maju dalam mengelola potensi di sekitarnya, terutama para remaja kita.
“Dengan (mereka) diajak dan diperlihatkan contoh riil di BBPPM Yogyakarta, harapannya dapat menjadi bekal kemandirian,” pungkas Agus, yang juga merupakan Pendamping Kampung Iklim Sangurejo, Turi, Sleman.