Jakarta (27/5) – Memanfaatkan momen Hari Sejuta Kiblat yang diinisiasi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, DPP LDII ikut menyukseskan Rahshdul Qiblah. DPP LDII berpendapat momen ini merupakan upaya kebersamaan dan kesatuan umat islam di Indonesia. Masjid-masjid yang bernaung di bawah LDII di seluruh Indonesia digalakkan untuk melakukan pengukuran arah kiblat kembali. Acara tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren Minhajurrosidin, Jakarta Timur, Senin (27/5).
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menginisiasi hari sejuta kiblat di seluruh Indonesia. Momen ini jatuh pada tanggal 27 Mei 2024 yang berkaitan dengan peristiwa Rahshdul Qiblah. Rahshdul Qiblah merupakan peristiwa melintasnya matahari tepat di atas Ka’bah. Posisi ini dapat membantu mengukur arah kiblat karena bayangan benda tegak lurus terhadap kiblat.
Pengukuran arah kiblat juga dilaksanakan oleh DPD LDII Kota Kediri di Masjid Baitul A’la dan Ponpes Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. Ketua LDII DPD Kota Kediri, Agung Riyanto, menyampaikan bahwa momen penting ini menjadi upaya kebersamaan dan kesatuan umat islam di Indonesia.
“Kami sambut dengan baik program Kemenag RI tersebut, karena ini momentum yang tepat untuk memperkuat harmonisasi umat Islam dalam mengkonfirmasi arah kiblat. Ini momen tepat untuk kembali memastikan arah kiblat masjid, termasuk juga mushola, dan tempat salat di rumah maupun perkantoran,” tutur Agung.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam kegiatan Hari Sejuta Kiblat. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, dan media massa, sangat dibutuhkan untuk menyukseskan kegiatan ini.
“Apabila sudah sesuai berarti lebih memantapkan hati, yang belum sesuai dapat disesuaikan kiblatnya. Karena ini salah satu elemen penting dalam beribadah,” ujarnya.
Menurut anggota tim Rukyat Hilal DPP LDII, Budi Raharjo, rahshdul qiblah merupakan fenomena alam yang hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Mei dan Juli. Budi menyampaikan bahwa Hari Sejuta Kiblat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengukur kembali arah kiblat.
“Untuk mengukurnya posisi matahari harus tepat, sebab saat matahari melintasi Ka’bah, ada ambang batas waktunya. Kalau di Mekkah sekarang pada pukul 12.18 Waktu Arab Saudi, kalau di Indonesia wilayah barat 16.18 WIB dan wilayah tengah 17.18 WITA,” tutur Budi.
Lebih jelas Budi mengatakan, penentuan kiblat dengan rahshdul qiblah memerlukan dua penggaris siku-siku. Penggaris pertama ditegakluruskan sesuai titik bayangan matahari. Penggaris kedua digunakan untuk mengukur presisi sudut 90 derajat dari bayangan penggaris pertama. Tepat pada bayangan tersebut dapat menentukan posisi imam salat.
Setelah itu, penggaris pertama digunakan kembali untuk mengukur kesejajaran posisi makmum dengan imam salat. Hasil pengukuran tersebut dipastikan lagi dengan bandul untuk menentukkan titik kemiringannya. Hal ini dilakukan karena sedikit kekeliruan dalam pengukuran ini dapat mempengaruhi jarak arah kiblat dengan Ka’bah.
Selain metode rahshdul qiblah, Budi juga menjelaskan metode lain untuk menentukan arah kiblat yaitu sun compass. Metode ini juga direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Penggunaan aplikasi Sun Compass memungkinkan menunjuk arah lurus ke Al-Mutazam, yaitu daerah yang berada di tengah-tengah antara sisi kiri pintu Ka’bah dan Hajr Al-Aswad.
“Setelah kami menggunakan metode rahshdul qiblah yaitu presisi bayangan matahari pada sudut 90 derajat, kami cek kembali dengan aplikasi sun compass yang ternyata hasil akurasinya sama. Untuk itu, kedua metode ini saling berhubungan dan memperkuat satu sama lain,” tutur Budi.
Rewrite: Mike
Edit: Zula