
LDII Sleman – Yogyakarta, sebuah kota yang kaya akan budaya dan sejarah, kini menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Fenomena darurat sampah yang semakin merajalela telah menjadi sorotan utama di kalangan masyarakat dan pengamat lingkungan. Di tengah tantangan ini, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) mencoba berperan aktif dalam menawarkan solusi konkret. Bahkan hasilnya dapat ditabung untuk dibelikan hewan qurban.
Dra. Hj. Siti Habibah, M.Ag, Ketua Komisi Perempuan MUI DIY menyoroti keaktifan LDII dalam pengelolaan sampah. “Pak Atus (Ketua DPW LDII DIY) menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap masalah ini,” ujarnya “LDII aktif dalam masalah pengelolaan sampah di Jogja, yang memang memprihatinkan saat ini,” tambahnya dengan nada keprihatinan.
Situasi darurat sampah di Yogyakarta memang menuntut tindakan cepat dan solusi yang komprehensif. “Pemerintah setempat belum mampu memberikan solusi yang memadai untuk mengatasi masalah ini,” ungkap Habibah. Namun demikian, ia bersyukur atas langkah-langkah positif yang telah diambil oleh LDII.
Saat dikunjungi oleh wartawan LDII, Guru Purnabakti SMK 2 Depok ini menyampaikan program pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggalnya saat ini. Dalam praktiknya, pengelolaan sampah dikendalikan oleh kelurahan. “Kelurahan kami memiliki sistem pengambilan sampah terjadwal, di mana masyarakat membayar sebesar 35 ribu per bulan untuk pengambilan dua kali seminggu,” ujarnya menjelaskan sistem yang mereka terapkan. Meskipun biaya ini terbilang terjangkau, tidak semua rumah menerima layanan ini tergantung pada permintaan mereka.
Lebih lanjut, sampah-sampah yang terkumpul ini tidak hanya dibuang begitu saja. “Mereka (kelurahan) mengelola sampah tersebut dan menjualnya dalam bentuk pupuk di BUMKAL,” tutur Habibah dengan senyum. “Saya sendiri sering membeli pupuk ini untuk media tanam di kebun saya,” tambahnya.
Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan ini tidak hanya membantu mengurangi beban lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomis melalui produk-produk hasil daur ulang seperti pupuk organik. “Kebanyakan sampah yang kami kelola adalah dedaunan dan sampah rumah tangga,” jelas Habibah. “Namun, kesadaran untuk memilah dan mengelola sampah ini masih perlu lebih ditingkatkan di kalangan masyarakat,” katanya menambahkan.
Peran LDII dalam mengatasi krisis sampah di Yogyakarta memberikan contoh nyata tentang bagaimana suatu organisasi dapat berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menciptakan solusi berkelanjutan. Meskipun tantangan besar masih dihadapi, semangat dan kerja keras dari LDII menunjukkan bahwa kolaborasi antara komunitas dan pemerintah dapat menjadi kunci dalam mengatasi masalah lingkungan yang kompleks ini.
Writer: Zula